Entradas populares

Busana Muslim Dian Pelangi Melesat Hingga ke Paris


Nama Dian Pelangi pasti familiar bagi mereka yang selalu mengikuti perkembangan fashion jilbab di internet. Jika ingin mendapatkan profilnya, cukup googling The Merchant Daughter, maka Anda akan mendapatkan banyak informasi tentang trendsetter muda ini. Ketika isu Indonesia akan menjadi pusat fashion busana muslimah dunia, karya Dian pun ikut dirasakan luas pengaruhnya bagi para jilbabers.
Penggagas Hijabers Community ini lahir dari orangtua yang memiliki usaha garmen di Sumatera Selatan. Seperti anak-anak pada umumnya yang ingin membeli baju baru, Dian pun mengalami hal yang sama. Tetapi saat itu Ibunya bilang, “Kita ini penjahit, buat apa beli baju. Toh kita bisa buat sendiri.” Kecewa, namun ucapan itu membuatnya rajin menggambar. Hingga akhirnya pada tahun 2009 menjadi finalis Lomba Rancang Busana Muslim majalah Noor dan desainer termuda di APPMI.
“Orang bilang, mengurus bisnis orangtua lebih mudah. Tapi nyatanya tidak begitu, bisa stagnan, bisa naik, bisa juga turun,” ujar perancang kelahiran 1991 ini. Tetapi, Dian optimis mengembangkan butiknya. Kepada CNN ia menuturkan, “Jilbab itu bukan trend. Kalau Anda menyebutnya tren, berarti suatu saat Anda akan melepasnya. Jilbab tidak begitu. Selain itu, ada aturan-aturan tertentu seperti tidak boleh menujukkan lekuk tubuh.”
Dian tidak menampik, ada yang mengatakan rancangannya belum sesuai aturan jilbab. Tetapi ia mengatakan, kalau jilbab tidak dimodifikasi, orang tidak akan tertarik untuk memakainya. Sebab ia sendiri ingin menabrak stigma yang mengatakan kalau perempuan yang berjilbab itu tidak bisa modis.
Rancangan Dian yang banyak dikenal hijabers ciri khasnya adalah motif tie-dye atau jumputan. Sebelumnya, kain jumputan digunakan orang-orang tua, tetapi berkat kerja kerasnya, kain jumputan menjadi jilbab sekaligus shawl yang trendi. Juga atasan dan bawahan yang longgar dengan variasi hemline.
Rancangannya tak hanya berhenti di peragaan busana dalam negeri. Ada outlet yang menjual label miliknya di Melbourne dan Malaysia. Label Dian Pelangi sendiri memiliki tiga klasifikasi. Mass production yang dibanderol 50-800 ribu, special production 1-3,5 juta, dan private collection 2-5 juta. Butiknya ada di Jakarta, Palembang, Medan, dan Pekalongan.
Dian juga pernah meraup keuntungan saat busananya dipamerkan di Abu Dhabi bersama Kementrian Perindustrian dan Perdagangan pada 2009. Saat itu, ia diberi kabar bahwa fashion di sana susah laku. Ternyata, dari 50 busana yang dibawanya, sisa 5 yang dibawa kembali ke tanah air. 2010, rancangannya tersebut dibawa ke London untuk acara Indonesia Is Remarkable.
Pertengahan Desember 2011, Dian ikut serta dalam International Fair of the Muslim World 2011 di Le Bouget, Paris. Disana ia mengangkat bahan tenun Palembang untuk koleksi busana muslim musim dingin. Bersama 12 perancang busana muslim Indonesia lainnya, ia menyesuaikan rancangannya dengan udara Paris.
Multifungsi garis desain yang unik, fun young serta colourful dengan penggunaan kain-kain tenun tradisional, membuat rancangan busana muslim karya Dian Pelangi semakin anggun dan enak dilihat. Wajar rasanya, melihat keunikan dan keindahan setiap rancangan yang diciptakannya itu hingga bisa membuat kaya dan sukses merebut hati pasar nasional maupun internasional.
Baginya, orang Perancis sudah terbiasa dengan desain yang super gaya, tetapi disinilah letak tantangannya. Brand ambassador kosmetik Wardah ini ingin menunjukkan rancangan yang bercitarasa tinggi tetapi tetap sesuai dengan syariat hijab.
Hingga kini, gaun dengan desain terbaru terus diciptakannya. Malahan, tak hanya di Eropa. Fashion desainer satu ini coba kembali memperluas area pemasarannya ke negara Timur Tengah.

Sumber : Dari Berbagai Sumber

¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

Buscar

 

Labels

About

Grombyang Omah Creative Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger